'
Begitulah salah satu pesan pokok dari Shakyh Dr Abdalqadir as Sufi kepada umat Islam yang menghadiri Moussem di Cape Town awal Oktober lalu. Maka, Moussem tahun ini tidak lagi diikuti oleh Konferensi Internasional Tahunan, yang sudah merupakan bagian tak terpisahkan dari Moussem selama bertahun-tahun. Sebagai gantinya, hari Sabtu malam, 16 Oktober 2010, adalah pertunjukan qawwali, seni musik sejenis qasidah dari Pakistan.
Secara tersirat Shaykh Abdalqadir meminta kepada umat Islam dunia untuk lebih banyak beramal nyata. Peluncuran Dinar, Dirham dan Fulus yang beliau nyatakan di Cape Town awal Juni 2010 lalu, menandai hal tersebut. Perkembangan mutakhir penerapan Dinar dan Dirham, sambil menantikan dimulainya penerapan Fulus, di Amirat Indonesia dan Kesultanan Kelantan, dianggap sebagai model yang dapat diaplikasikan di berbagai wilayah lain.
'Pencetakan Dinar dan Dirham, serta Fulus, secara mandiri di Afrika Selatan pun akan segera dikonsentrasikan di Cape Town,' kata Amir Orhan Vadvalla. Saat ini pencetakan masih dilakukan di Pretoria dan masih tergantung kepada perusahaan pencetak pihak ketiga. Untuk umat Islam di wilayah Eropa dan AS persoalannya memang lebih kompleks, karena itu koin Dinar dan Dirham masih didatangkan dari Asia, dan kemungkinan untuk mencetak sendiri masih perlu waktu. Selain Dubai dan Indonesia, Kazakhstan kini menjadi tempat lain yang dijajagi sebagai pusat pencetakan Dinar, Dirham, dan Fulus.
Bersama mereka berdua juga hadir Prof Hasan Nakata, seorang akademisi Jepang yang telah mencetak Dinar Jepang, serta Bpk Abdulghany Auoeskhanov, warga Kazakh yang kini bermukim di Kuala Lumpur, dan beristerikan seorang perempuan Indonesia (asal Bandung). Kazakhstan adalah salah satu negeri Asia Tengah, semula bagian dari Russia, dengan mayoritas penduduk (sekitar 70%) Muslim.(001)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar